
JAKARTA, – Coba tanyakan pada diri sendiri, apakah ada pola pengasuhan orang tua yang masih terasa di hati hingga saat ini?
Banyak orang yang besar dengan cara didik yang otoriter atau gaya pengasuhan tersebut.parenting VOC masih merasakan "luka batin" hingga dewasa. Pola pengasuhan yang ketat sering meninggalkan dampak emosional yang dalam, seperti rasa takut, kesulitan dalam percaya diri, serta hubungan yang sulit dengan orang lain.
- Tidak Hanya Wanita, Persoalan Antara Menantu Pria dan Mertua Juga Bisa Menimbulkan Luka Batin Bukan Hanya Perempuan, Konflik antara Menantu Laki-laki dan Mertua Juga Bisa Menyebabkan Luka Batin Selain Perempuan, Masalah antara Menantu Pria dan Mertua Juga Bisa Mengakibatkan Luka Batin Tidak Hanya Kaum Wanita, Perselisihan antara Menantu Laki-laki dan Mertua Juga Bisa Menimbulkan Luka Batin Bukan Hanya Ibu Tiri, Konflik antara Menantu Pria dan Mertua Juga Bisa Menyebabkan Luka Batin Tidak Hanya Perempuan, Persoalan antara Menantu Laki-laki dan Mertua Juga Bisa Menimbulkan Luka Batin
- Anak Tampak Kuat Pasca Perceraian Orang Tua? Waspadai Luka Batin yang Tersembunyi
Namun, apakah luka emosional dari masa kecil dapat pulih?
Luka batin akibat parenting otoriter
Apakah luka batin akibat parenting otoriter bisa sembuh?
Psikolog Klinis Ratih Ibrahim, M.M. mengatakan, setiap individu memiliki kesempatan untuk bangkit dan pulih.
Menurutnya, inti utamanya terletak pada kemampuan ketahanan yang telah Tuhan berikan kepada manusia.
"Ya, luka batin ini akan pulih karena Tuhan memberikan manusia kemampuan untuk sembuh, yang disebut daya resiliensi," ujar Ratih dalam acara Cussons Baby Peluncuran Kemasan Baru di Ganara Art Space Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2025).
Kemampuan untuk menghadapi kondisi sulit dan pengalaman traumatis dengan reaksi yang lebih optimis.
Ketangguhan ini menjadi bekal agar seseorang mampu bangkit dari pengalaman menyakitkan, termasuk pola asuh otoriter yang bisa membuat masa kecil terasa berat.
- 4 Tanda Anak Mengalami Luka Batin Saat Orang Tua Berpisah, Sering Menjadi Penyendiri
- Kesadaran akan Validasi Perasaan Anak Selama Perceraian agar Tidak Menyimpan Luka Batin Pentingnya Mengakui Emosi Anak Saat Orang Tua Berpisah agar Tidak Menyimpan Rasa Sakit Dalam Peran Penting dalam Mengakui Perasaan Anak Selama Proses Perceraian untuk Mencegah Luka Batin Mengapa Validasi Emosional Anak saat Perceraian Sangat Kritis untuk Menghindari Trauma Dalam Arti Penting Pengakuan Emosi Anak Saat Orang Tua Berpisah agar Tidak Terluka Secara Batin
Cara mengatasi luka batin yang disebabkan oleh pola asuh otoriter Cara memulihkan luka batin akibat pendidikan yang terlalu keras Cara menyembuhkan luka batin karena cara mendidik yang otoriter Cara mengobati luka batin yang diakibatkan oleh pengasuhan yang otoriter Cara mengatasi trauma batin akibat pola asuh yang sangat otoriter Cara memperbaiki luka batin akibat pendidikan yang tidak lembut Cara mengatasi luka batin dari pengasuhan yang terlalu kontrol Cara menyembuhkan luka batin akibat pola asuh yang represif Cara mengobati luka batin yang muncul dari pengasuhan otoriter Cara memulihkan diri dari luka batin akibat cara mendidik yang keras
1. Mengenali diri secara tulus
Langkah pertama yang direkomendasikan Ratih adalah berani menentukan identitas diri sendiri. Ia menambahkan, seseorang perlu jujur mengajukan pertanyaan pada diri sendiri, yaitu 'Sebenarnya saya ini siapa?'.
Cara melakukannya dengan menentukan diri sendiri, tanyakan pada diri sendiri. Sebenarnya kita ini siapa? Korban,survivor, atau memang tidak mampu? Bentukkan definisi diri kamu dengan baik,” kata Ratih.
Dengan mengetahui siapa dirimu, seseorang dapat lebih mudah menentukan tujuan hidup tanpa terus-menerus terjebak dalam luka masa lalu.
2. Menghargai sesuatu yang dimiliki
Langkah selanjutnya adalah mengingat kembali hal-hal yang telah dimiliki, sekecil apa pun itu.
Ratih menekankan bahwa menghargai hal-hal kecil yang ada dalam diri dapat membuat kamu lebih bersyukur serta mampu melihat sisi positif dari diri sendiri.
"Lalu, tanyakan pada diri sendiri, apa yang saya miliki? Terkadang kita membayangkan hal-hal yang tidak dimiliki, sehingga lupa untuk merasa bersyukur atas apa yang sudah ada," katanya.
"Tidak perlu menyebutkan hal-hal besar yang dimiliki, cukup dengan rasa bersyukur memiliki dua kaki yang sehat atau punya rambut yang indah saja sudah memadai karena di luar sana ada orang yang tidak seberuntung kamu," lanjutnya.
Sikap rasa syukur ini dapat membantu seseorang membangun dasar yang lebih kokoh untuk berdamai dengan diri sendiri.
3. Mengenali kekuatan diri
Ratih juga menekankan arti pentingnya evaluasi terhadap kemampuan diri sendiri. Dengan cara ini, seseorang mampu menemukan sumber kekuatan yang berasal dari dalam dirinya.
"Lalu, renungkanlah pada dirimu sendiri, 'Apa yang bisa saya lakukan?' Hal ini akan menjadi sumber kekuatan dari dalam diri untuk pulih," katanya.
Kekuatan ini kelak mendukung proses pemulihan dan membuat seseorang lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan kehidupan.
- Dampak Psikologis Tinggal Bersama Orangtua Setelah Menikah, Bisa Menimbulkan Trauma dan Luka Jiwa
- 4 Macam Self Healing untuk Memulihkan Luka Batin
4. Mengembangkan cerita baru mengenai luka masa lalu
Saat mulai merasa lebih baik, Ratih menyarankan agar seseorang mempertimbangkan kembali pengalaman menyakitkan yang pernah dialami.
Alih-alih melihatnya sebagai ketidakadilan, pengalaman itu dapat diartikan dengan pendekatan yang lebih baik.
"Contohnya, apakah kamu ingin selalu melihatnya sebagai ketidakadilan dan sampai mati menyimpan dendam terhadap orangtuamu?," katanya.
Untuk benar-benar mencapai perdamaian, kamu dapat melihat sisi baik dari gaya pengasuhan otoriter yang pernah kamu alami.
Bukan berarti menolak kejadian yang terjadi, namun melihat sisi baiknya dapat membuat hati kamu lebih lega dan tidak terjebak dalam rasa dendam dalam jangka waktu yang lama.
Ini bisa membantu kamu cepat pulih dan bangkit menjadi versi diri yang lebih baik.
"Kamu bisa memilih narasi yang lebih positif, misalnya kejadian itu membuatku lebih mandiri, lebih cerdas, dan memberiku pemahaman tentang kriteria pasangan hidup yang ingin ku miliki," katanya.
Dengan menciptakan kisah yang berbeda, luka masa lalu tidak lagi menjadi beban, tetapi justru menjadi batu loncatan untuk berkembang menjadi lebih kuat dan bijaksana.
5. Pahamilah bahwa kamu bernilai
Setiap individu berhak untuk pulih dari luka masa lalu. Ratih menekankan, kuncinya bukanlah menghilangkan kenangan, tetapi merevisi pengalaman tersebut dengan pendekatan yang lebih baik bagi kesehatan mental.
Pahamilah bahwa dirimu bernilai dan layak merasa bahagia. Melihat suatu kejadian dari sudut pandang yang berbeda dapat membuat hati lebih tenang, dan langkah ini merupakan bentuk cinta terhadap diri sendiri.
Dengan cinta terhadap diri sendiri, ketangguhan, dan keberanian dalam menciptakan cerita yang positif, seseorang dapat menyelesaikan konflik dengan masa lalu dan melangkah maju dengan lebih tenang.
Posting Komentar