Rabu, 18 Juni 2025

Gelombang Pemblokiran Massal Instagram Rugikan Ribuan Akun, AI Dituding Jadi Biang Keladi

RUBLIK DEPOK – Ribuan pengguna Instagram mengeluhkan pemblokiran akun secara mendadak dan tanpa penjelasan yang masuk akal dari pihak platform. Gelombang pemblokiran ini memicu keresahan luas, terutama di kalangan pengguna yang menggantungkan penghasilan dan reputasi mereka di platform media sosial tersebut. Kecerdasan buatan (AI) pun dituding sebagai penyebab utama kesalahan sistemik yang terjadi.

Pemblokiran Massal Terjadi Tanpa Alasan Jelas

Dalam beberapa minggu terakhir, komunitas pengguna Instagram di berbagai forum seperti Reddit dan media sosial X dipenuhi keluhan tentang akun yang tiba-tiba dinonaktifkan. Yang mengejutkan, sebagian besar dari akun tersebut tidak pernah menerima peringatan sebelumnya atau merasa melakukan pelanggaran apa pun terhadap kebijakan komunitas Instagram.

Banyak pengguna mencoba mengajukan banding melalui saluran resmi, mengunggah dokumen identitas, dan menulis email ke pusat bantuan. Namun, semua upaya mereka tak membuahkan hasil. Meta, induk perusahaan Instagram, tidak memberikan tanggapan yang memadai, membuat pengguna merasa seperti berbicara ke ruang hampa.

Beberapa korban bahkan mengaku telah mencoba berkali-kali menghubungi Meta tanpa balasan. “Saya sudah mengirim bukti identitas dan mengikuti semua prosedur banding, tetapi tidak ada respons. Saya merasa seperti diperlakukan tidak manusiawi,” ujar seorang pengguna yang mengaku sebagai pelaku usaha daring.

Kecerdasan Buatan Disorot Jadi Penyebab

Masifnya pemblokiran yang terjadi secara bersamaan ini memicu spekulasi bahwa Instagram sedang menghadapi gangguan dalam sistem AI-nya. Sistem otomatis yang dirancang untuk mendeteksi pelanggaran konten kini dituduh melakukan kesalahan dalam penilaian, mengakibatkan akun sah turut menjadi korban.

Beberapa akun dilaporkan diblokir dengan alasan sangat serius seperti “eksploitasi seksual anak”, padahal pemiliknya tidak pernah mengunggah konten berbahaya. Tuduhan yang tidak berdasar ini jelas menimbulkan tekanan psikologis dan dapat menghancurkan reputasi korban, terutama bagi mereka yang berprofesi sebagai public figure, pendidik, atau pelaku bisnis digital.

Kasus ini menyoroti risiko penggunaan AI secara berlebihan tanpa campur tangan manusia dalam proses verifikasi. Ketika sistem salah mendeteksi, tak ada pihak manusia yang langsung memeriksa dan mengonfirmasi sebelum sanksi diberlakukan.

Dampak Ekonomi: Ribuan Pelaku Usaha Terpukul

Tidak sedikit pengguna Instagram yang menjadikan platform ini sebagai sumber penghasilan utama. Dari pedagang online, konten kreator, influencer, hingga pekerja lepas, semuanya menggantungkan eksistensi digital mereka pada akun yang kini diblokir tanpa kejelasan.

“Instagram adalah tempat saya menjalankan bisnis dan berinteraksi dengan pelanggan. Pemblokiran ini memutus seluruh komunikasi saya. Saya kehilangan pelanggan, pendapatan, dan bahkan kepercayaan,” ungkap seorang pengusaha kecil yang aktif berjualan produk herbal.

Tak hanya dari sisi ekonomi, pemblokiran mendadak ini juga membuat banyak pengguna frustrasi dan merasa tidak aman di platform yang selama ini menjadi tempat mereka berkarya dan berjejaring.

Kasus Serupa Pernah Terjadi di Platform Lain

Fenomena pemblokiran massal akibat kesalahan sistem bukanlah yang pertama kali terjadi di dunia teknologi. Beberapa waktu lalu, platform berbagi ide visual, Pinterest, juga sempat melakukan pemblokiran terhadap ribuan akun. Setelah mendapat tekanan dari pengguna dan ancaman hukum, akhirnya Pinterest mengakui adanya kesalahan internal dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.

Hal ini menjadi bukti bahwa pengawasan berbasis AI, meskipun efisien dalam skala besar, tetap memerlukan intervensi manusia untuk menghindari kesalahan fatal yang merugikan pengguna.

Desakan Transparansi dan Reformasi Sistem

Seiring meningkatnya ketergantungan masyarakat pada platform digital, tuntutan terhadap transparansi dan keadilan dalam pengelolaan konten semakin menguat. Banyak pihak menilai bahwa Meta harus segera mereformasi sistem bandingnya agar lebih responsif dan manusiawi.

Pengguna menginginkan jalur komunikasi langsung yang bisa diakses ketika akun mereka bermasalah, tanpa harus menunggu sistem otomatis yang lamban dan kaku. Desakan agar Meta menghadirkan tim bantuan manusia yang dapat memverifikasi keluhan secara manual terus menggema di berbagai komunitas daring.

Apabila Meta tidak segera bertindak dan memperbaiki sistemnya, bukan tidak mungkin gugatan hukum kolektif akan diajukan oleh para korban. Kepercayaan terhadap Instagram sebagai platform aman untuk berkarya dan berbisnis kini sedang diuji.

Pengguna Mulai Pertimbangkan Migrasi Platform

Di tengah kekisruhan ini, sejumlah pengguna menyatakan mulai mempertimbangkan untuk berpindah ke platform lain yang dinilai lebih adil dan responsif. Beberapa menyebut aplikasi media sosial alternatif seperti TikTok, YouTube Shorts, atau bahkan platform lokal sebagai tempat baru untuk membangun komunitas digital mereka.

Kehilangan akun Instagram bukan hanya soal kehilangan foto atau video, tetapi juga identitas digital, jaringan relasi, dan stabilitas ekonomi yang selama ini dibangun bertahun-tahun. Jika pemblokiran terus terjadi tanpa solusi jelas, masa depan Instagram sebagai pemimpin platform visual akan menghadapi ancaman serius.

Jika kamu ingin artikel ini dibagi menjadi beberapa bagian berseri atau versi pendek untuk media sosial, saya juga bisa bantu menyusunnya. Mau lanjutkan ke versi lainnya?

0 komentar: