Rabu, 18 Juni 2025

BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga Acuan di Tengah Risiko Global

Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, Teuku Riefky, memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan di level 5,50 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2025. Keputusan ini seiring dengan adanya potensi reeskalasi dari perang dagang yang disulut Amerika Serikat (AS) dan memanasnya tensi geopolitik imbas perang Israel-Iran.

"Kedepannya, masih ada risiko meningkatnya ketidakpastian di jangka pendek," katanya, dalam laporan seri analisis makroekonomi EDG BI Juni 2025, dikutip Rabu (18/6/2025).

Dari sisi domestik, inflasi umum turun ke 1,60 persen secara tahunan (year on year/yoy) di Mei 2025, setelah berakhirnya siklus musiman Idulfitri dan mulai normalnya permintaan terhadap bahan pangan utama yang mendorong turun tingkat harga.

Lebih lanjut, adanya indikasi berlanjutnya 'lipstick effect' fenomena ekonomi di mana konsumen, terutama saat kondisi ekonomi sulit atau resesi, cenderung beralih membeli barang-barang mewah yang lebih kecil dan terjangkau, seperti lipstik, untuk mendapatkan kepuasan emosional dan meningkatkan kepercayaan diri, menyiratkan lemahnya daya beli.

Pada saat yang sama, tensi perang dagang mendorong turunnya permintaan masyarakat secara agregat. Kendati, eskalasi perang dagang cenderung mereda selama Mei dan Juni 2025, yang kemudian mengurangi ketidakpastian global dan meningkatkan risk appetite investor global terhadap investasinya ke negara berkembang.

"Dalam 30 hari terakhir, Indonesia mengalami arus modal masuk neto sekitar 1,59 miliar dolar AS dan rupiah menguat sebesar 1,03 persen," sebut Riefky.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan Bank Indonesia bakal mempertahankan suku bunga acuan untuk dapat fokus pada transmisi suku bunga kebijakan ke suku bunga pinjaman bank. Dengan begitu, kebibakan moneter yang telah ditempuh dapat efektif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.

Selain itu, meskipun ketidakpastian terkait perang dagang mulai mereda, ketegangan geopolitik di Timur Tengah justru meningkat, yang berpotensi memicu kembali sentimen risk-off global dan memberikan tekanan baru pada pupiah.

"Kami masih melihat ruang bagi BI untuk menerapkan pemangkasan suku bunga kebijakan lebih lanjut, didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang melemah, inflasi yang terkendali, potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, dan sektor eksternal Indonesia yang relatif kuat, sebagaimana tercermin dalam defisit neraca berjalan (CAD) yang terkendali," jelas Josua.

0 komentar: